Geothermal Well testing
Didalam Uji produksi suatu sumur geothermal merupakan kelanjutan
dari pengukuran-pengukuran sebelumnya seperti Completion Test yang
terdiri dari Gross Permeability dan Water Loss Test dimana
didapat gambaran tentang Injektivitas, Kapasitas Spesifik, Transmisifitas, skin
faktor dan dugaan-dugaan lain terhadap kemampuan sumur baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Tujuan pengujian sumur ini adalah mencari parameter data yang dapat
menggambarkan kemampuan aktual untuk:
1. Keperluan analisa reservoir.
2. Perencanaan analisa mengenai aliran massa
uap, enthalpy discharge, kandungan gas dan sifat-sifat uap.
Dalam suatu uji produksi kemampuan sumur dapat dilihat secara nyata
sehingga hasilnya dapat dipergunakan sebagai pembanding terhadap pengujian
sebelumnya ataupun menentukan tindak lanjut terhadap sumur tersebut.
Seperti diketahui ada dua cara yang biasa dipergunakan melakukan flowing
test yaitu:
1. Output test, pengukuran dilakukan terhadap
karakteristik aliran pada tekanan yang berbeda dalam suatu interval waktu yang
pendek (jam/hari).
2. Run down transient, dalam hal ini tekanan/aliran ditahan
tetap dan perubahan aliran/tekanan terhadap waktu diukur dalam waktu yang
panjang selama berbulan-bulan/tahun, hal ini dilakukan biasanya untuk
mengetahui perubahan yang berhubungan dengan efek reservoir atau interaksi sumur.
Waktu pengujian yang diperlukan untuk mendapatkan aliran stabil
dalam suatu output test sangat bervariasi. Sumur basah dengan permeability
tinggi dapat stabil dalam waktu pendek setelah pembukaan sumur sehingga
pengujian dapat diselesaikan dalam waktu singkat.
Sumur dengan produksi uap kering memerlukan waktu panjang untuk
mendapatkan laju aliran dan enthalpy yang stabil. Sedang sumur dengan
produksi dari reservoir pada
titik didihnya atau dua fasa memerlukan waktu pengujian di antara dua tipe di
atas.
Uji produksi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan
produksi suatu sumur yang sebenarnya/nyata. Untuk menentukan potensi dan
produksi sumur panas bumi diperlukan suatu pengukuran laju alir massa fluida
yang keluar dari sumur tersebut. Pengukuran laju alir pada sumur panas bumi ada
dua metode uji produksi, yaitu:
1. Uji Tegak (Lip Pressure).
2. Uji Datar (Orifice Plate).
Salah satu tujuan uji produksi adalah untuk menentukan kapasitas
produksi atau deliverability sumur. Persamaan dasar yang digunakan dalam
tes penentuan deliverability ini adalah:
Persamaan ini menyatakan hubungan antara q terhadap pada kondisi aliran yang
stabil dimana:
q : laju produksi pada keadaan standar,
kg/detik.
Pr : tekanan reservoir rata-rata, ksc.
Pwf : tekanan alir dasar
sumur, ksc.
C : konstanta, tergantung pada satuan
dari qsc dan p.
n : harga berkisar antara 0.5 – 1.0.
harga n ini
mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi aliran. Persamaan
grafik pada persamaan 1.1 pada sistem koordinat log-log akan menghasilkan
hubungan yang linier.
Contoh grafik dapat
dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Hubungan Linier antara delta P vs qsec dalam Skala Log-Log
Harga C dapat dicari secara grafis, yaitu berdasarkan titik
perpotongan grafik dengan bersumbu mendatar . Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu
tegak. Satuan ukuran lain yang digunakan dalam analisa deliverability
adalah Absolute Open Flow Potential (AOF). Besar potensial ini
diperoleh bila dalam persamaan kita masukkan harga sama dengan nol.
Analisa deliverability
berdasarkan persamaan dikenal sebagai analisa konvensional.
Permeabilitas dari reservoir gas akan mempengaruhi lama
waktu aliran mencapai kondisi stabil. Pada reservoir
yang ketat kestabilan dicapai pada waktu yang lama. Untuk mencapai keadaan ini
maka ada 3 macam test yang dapat digunakan untuk memperoleh deliverability
yaitu:
a. Back Pressure.
b. Isochronal.
c. Modified Isochronal.
1.1.
Back Pressure
Merupakan suatu metode test sumur
gas untuk mengetahui kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan
balik (back pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari test
konvensional ini dimulai dengan menstabilkan tekanan reservoir dengan cara menutup sumur lalu ditentukan harga . Selanjutnya sumur diproduksi diubah-ubah empat kali dan setiap
kali sumur itu dibiarkan berproduksi sampai tekanan mencapai stabil sebelum
diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak
didahului dengan penutupan sumur. Gambar skematis dari proses ‘back pressure’
diperlihatkan pada gambar di bawah:
Gambar 1.2 Skema Tekanan dan Laju Alir pada Uji Back Pressure
Analisa deliverability didasarkan
pada kondisi aliran yang stabil. Untuk keperluan ini diambil tekanan alir dasar
sumur, pada akhir perioda suatu laju produksi. Pada gambar sebelumnya
dinyatakan oleh . Analisa data untuk keperluan pembuatan grafik deliverability
didasarkan pada metode konvensional.
1.2.
Uji Datar (Orifice Plate)
Uji produksi dengan metode orifice
plate dilaksanakan setelah pengujian tegak selesai, mengingat sumur di area
panas bumi Kamojang dikategorikan uap kering maka uji produksi ini dilakukan
dengan menggunakan metode orifice plate.
Uji datar dengan metode orifice plate
bertujuan untuk mendapatkan data yang sesungguhnya dari potensi sumur dan perlu
dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
pengujian tegak karena dalam uji datar ini dilakukan pada berbagai variasi
Tekanan Kepala Sumur (TKS) sesuai program uji yang telah ditentukan dan pada
pengujian ini dilakukan pengambilan contoh uap dan gas yang dilakukan sebelum
dan sesudah pengujian.
Pada setiap pengetesan tekanan dilakukan
dalam jangka waktu yang cukup panjang sampai tekanan kepala sumur stabil.
Biasanya tekanan stabil bervariasi antara 1 sampai dengan 6 hari sesuai dengan
perilaku sumur.
Pipa uji datar ini berukuran 6”, 8” dan
10” tergantung dari besarnya laju alir uap yang diperkirakan dan jenis orifice
plate yang sering digunakan di lapangan panas bumi Kamojang adalah jenis orifice
plate bertepi persegi (sharp edge) dengan lubang tekanan terletak di
pipa. Ada berbagai macam letak lubang tekanan, yaitu:
1. Flange Tap.
2. Corner Tap.
3. Radius Tap.
4. Pipe Tap.
5. Vena Tap.
Radius Tapping yaitu dua buah
lubang tekanan ditempatkan pada jarak masing-masing satu kali diameter (di
bagian upstream) dan setengah kali (di bagian downstream)
diameter pipa uji datar yang diukur dari titik pusat orifice untuk
mencatat tekanan upstream dan perbedaan tekanan antara upstream
dan downstream dengan alat bantu yaitu Barton Recorder dan
hasilnya dicetak pada lembaran Barton Chart. Tekanan upstream
adalah tekanan di dalam pipa uji datar menuju orifice plate (hulu) dan
tekanan downstream setelah orifice plate ke silencer
(hilir).
Di samping itu pada pipa upstream
dibuat dua buah lubang yang dikoneksikan dengan sok berukuran ¾” untuk tempat thermowell
dan pengambilan contoh kondensat. Pada ujung akhir pipa uji dipasang sebuah
peredam bawah tanah (silencer) untuk mengurangi tingkat kebisingan
akibat kecepatan aliran uap tersebut.
Aliran massa uap dialirkan ke pipa uji
datar dengan membuka master valve dan wing valve (horizontal
discharge valve) dan menutup vertical discharge valve serta
memprogram tekanan kepala sumur dengan mengatur throttle valve pada pipa
downstream. Akibat pengaturan aliran uap pada throttle valve maka
terjadilah hambatan di orifice plate yang menimbulkan perbedaan tekanan
() antara sebelum dan sesudah orifice plate (hulu dan hilir).
Dengan mempergunakan alat ukur tekanan
Barton Recorder dapat diketahui harga tekanan dari differential pressure
yaitu pengukuran perbedaan tekanan antara tekanan upstream dan tekanan downstream
(). Ini dilakukan dengan tekanan kepala sumur tertentu sesuai dengan
program. Selama pengujian untuk setiap tekanan kepala sumur tertentu dengan
program yang dirancang sebelumnya, dilaksanakan juga dengan pengambilan sampel
kondensat dan gas untuk dianalisa pada laboratorium besarnya kandungan kimia
dan gas.
Rumus Dasar Perhitungan
Keterangan:
M : laju alir massa
(ton/jam).
C : koefisien
dasar.
Z :
faktor koreksi.
: faktor
ekspansibilitas.
: rasio panas
spesifik dari uap dan CO2.
d :
diameter dalam orifice (mm).
D : diameter dalam
pipa uji (mm).
D dan d dikoreksi sesuai dengan faktor panas logam pada TU.
m : perbandingan
luas (m) = (d/D)2.
E : faktor
kecepatan (E) = (1 – m2)-0.5.
: selisih tekanan di
upstream dan downstream (ksc).
:
berat jenis fluida (kg/m3).
1.3.
Konstruksi Orifice Plate
Pengukuran laju alir massa uap di sumur
mempergunakan metode orifice plate dengan Radius Tappings. Sesuai
persyaratan yang terdapat dalam buku British Standard 1042 dengan bantuan throttle
valve yang dipasang di bagian downstream plate untuk menjaga supaya
tidak terjadi perubahan spesifik volume yang terlalu besar antara bagian upstream
dan downstream yang dapat menyebabkan kesalahan dalam hasil perhitungan.
Untuk menentukan diameter orifice
plate yang akan dipasang diperlukan perhitungan-perhitungan dengan bantuan
hasil pengukuran laju alir maksimum yaitu uji tegak.
Orifice plate yang akan dibahas disini adalah susunan
yang mempunyai lubang-lubang tekanan pada jarak satu kali garis tengah pipa di
sebelah upstream dan setengah kali garis tengah pipa sebelah downstream
orifice plate. Sedangkan bentuk lubang orifice-nya adalah tajam di
bagian sisi upstream. Diameter lubang tekanan baik setelah upstream
dan downstream harus sama besar dan tidak boleh melampaui 0.1D dan
permukaan lubang tekanan harus halus tanpa ada bagian-bagian yang menonjol ke
dalam pipa.
1.4.
Prosedur Perhitungan Menggunakan Orifice Radius Tapping
Prosedur dan urut-urutan perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Mencatat temperatur alir uap, TU
di upstream ().
2. Mengoreksi diameter lubang orifice
(d) dan diameter dalam pipa (D) hasil pengukuran dengan menggunakan grafik pada
Gambar 1,3 di bawah berdasarkan TU.
Gambar 1.3 Multiplying Factor For
Thermal Expansion
3. Mencatat perbedaan tekanan pada lubang
tekanan di orifice, (ksc).
4. Mencatat tekanan di upstream, P
(ksc gauge); dan tentukan PU abs-nya di upstream (PU
abs = PU + Pa). Pa diperoleh dari grafik
pada Gambar 1.4 di bawah ini.
Gambar 1.4 Patm vs Ketinggian
5. Menentukan berat jenis fluida (kg/m3) pada
kondisi upstream (kondisi TU dan PU abs).
6. Menentukan viskositas fluida, (poise) pada kondisi TU
dan PUabs.
7. Menentukan harga specific heat ratio
sesuai grafik pada Gambar 1.5, jika harga yang dicari tidak
sesuai dengan tekanan yang ada, dilakukan interpolasi (heat ratio).
Gambar 1.5 Rasio Panas Spesifik Uap () atau CO2
8. Menghitung m = (d/D)2 setelah
dilakukan koreksi menggunakan langkah 2 di atas. Harga m harus lebih besar dari
0.1 dan lebih kecil dari 0.7.
9. Menghitung faktor kecepatan E = (1 – m2)-0.5.
10. Menentukan koefisien dasar C, gunakan grafik
pada Gambar 1.6 sesuai rasio luas (m) antara penampang lubang orifice
dan diameter dalam pipa uji.
Gambar 1.6 Konstanta Orifice
Radius
11. Menghitung perkiraan laju alir massa, M1
(kg/detik) = 0.659862 C E d2 (faktor Z dan akan ditentukan kemudian).
12. Menghitung bilangan Reynold. Rd = 3.54 X
3600 M1/d, dimana M1 dalam kg/s, dalam Pa.s dan d dalam m.
13. Menghitung harga Z besarnya tergantung m,
D dan Rd (bilangan Reynold) Z = ZR X ZD. Tentukan ZR
dan ZD dengan grafik pada Gambar 1.7 dan 1.8.
Gambar 1.7 Faktor Koreksi Bilangan
Reynold (ZR)
Gambar 1.8 Faktor Koreksi Ukuran Pipa (ZD)
14. Menentukan faktor ekspansibilitas (Ekspansibility
Factor), sesuai dengan P, PU, dan m
15. Menghitung kembali M; M = M1 Z
.
1.5.
Desain Orifice
Sebelum uji produksi dengan menggunakan orifice,
pertama yang harus dilakukan adalah mendesain atau menentukan berapa besarnya
diameter orifice yang akan dipasang pada instalasi pipa yang akan
dilewati fluida. Pendesainan orifice ini penting mengingat selama uji
dengan menggunakan orifice, orifice yang telah dipasang jarang
sekali atau sulit untuk dilakukan penggantian orifice dengan diameter yang berbeda. Desain ini dilakukan agar
diameter orifice tersebut akan mampu
digunakan untuk melakukan pengukuran pada range laju alir yang akan diukur.
Untuk menentukan berapa besarnya diameter orifice
yang akan dipasang, data yang umum dipakai untuk memperkirakan laju alir
maksimum adalah dari uji tegak.
Rumus perhitungan diameter lubang orifice diperoleh dari turunan rumus
laju aliran massa, laju aliran (volume) dan persamaan untuk mendapatkan
bilangan Reynold dengan mensubstitusi mD2 untuk d2.
Perhitungan diawali dengan menentukan harga N yang didapat dari persamaan 1.6
berikut.
Besarnya N dapat dievaluasi dari data yang sudah diketahui
sebelumnya.
Tahapan berikutnya adalah menghitung
besarnya mE yang berhubungan dengan N dengan persamaan 1.7:
Tetapi karena C, Z dan tergantung harga m, besarnya
mE tidak dapat dievaluasi langsung dari persamaan tersebut di atas. Hal ini
ditemukan dengan satu metode perkiraan berikut yang diterangkan di bawah ini
dengan menggunakan hubungan:
Bilangan Reynold diperlukan pada tahapan
pertengahan untuk perhitungan mE yang diberikan oleh persamaan 1.9:
Tahap akhir adalah menghitung rasio
diameter d/D dari mE, dan kemudian diameter lubang orifice, dengan mengikuti persamaan 2.10:
Dimana:
Comments
Post a Comment